Cara menghadapi hustle culture penting buat kamu yang hidup di era digital.
Jaringan internet memungkinkan pekerjaan bisa dilakukan kapan pun, dimana pun. Ga cuma itu, adanya internet juga membuat media sosial bermunculan, dan orang-orang mulai membesarkan “kerja keras” lewat media sosial mereka. Akibatnya, banyak generasi muda yang terjebak dalam hustle culture, dan pada akhirnya burnout.
Table of Contents
Apa itu hustle culture?
Hustle culture ada karena adanya kepercayaan “kalo gue kerja keras, nanti gue bisa Bahagia.” Eh, tapi kalo dipikir-pikir, kok kerjaan ga ada habisnya ya? Budaya yang bisa berujung burnout ini sebenarnya adalah social myth.
Banyak orang yang ngepost lagi ngerjain A, B, C, atau lagi belajar D, E, F. Postan orang-orang tadi plus media sosial ngebuat kita jadi sedikit fear of missing out, takut kalau ketinggalan.
“Aduh dia udah belajar banyak banget.” “duh kok gue blom sempro-sempro ya, temen-temen gue udah.” Dari pikiran-pikiran gini lah yang secara ga langsung membentuk hustle culture, dan toxic productivity.

Seharusnya belajar, ngerjain tugas, atau kerja bisa jadi hal yang menyenangkan, malah jadi balapan siapa yang paling banyak kerja keras. Disinilah kenapa hustle culture bisa bahaya, dan akhirnya ngebuat kamu burnout.
Hal ini malah ngebuat kamu gabisa kerja lagi, atau lebih parah bisa berpengaruh ke kesehatan kamu. Sebanyak 47% orang menghabiskan waktu memikirkan hal lain waktu lagi kerja. Ini yang membuat banyak orang ga bahagia, dan malah jadi burnout karena ga fokus.
Menurut WHO, burnout adalah suatu keadaan yang diakibatkan dari stress yang ga berhasil kamu kelola.
Ada tiga ciri-ciri burnout.
1.Merasa lelah
2.Merasakan perasaan negatif waktu bekerja
3.Berkurangnya efikasi diri.
Cara menghadapi hustle culture
Buat kamu yang lagi mengalami hustle culture atau sering merasa burnout, ga perlu khawatir, karna ada cara menghadapi hustle culture.

1. Mindfulness
Cara menghadapi hustle culture yang pertama adalah dengan menjadi mindfulness. Kayak yang udah disebutin sebelumnya, kalo wandering mind (atau ga fokus) buat orang jadi ga happy,
Wandering mind juga bikin kamu lelah sebelum bisa menyelesaikan pekerjaan kamu. Energi kamu bisa terkuras buat mikirin hal lain yang ga ada hubungannya sama pekerjaan kamu.
Alhasil, kamu ga bisa mencapai target-target kamu. Buat menghindari ini, kamu bisa menerapkan mindfulness.
Fokus, dan rasakan apa yang sedang kamu kerjakan. Dengan menerapkan praktek mindfulness, kamu gaperlu khawatir bakal burnout! Kalau kamu mau coba Latihan supaya bisa jadi mindfulness, kamu bisa klik video ini nih.
2. Pahami apa yang benar-benar kamu butuh
Cara menghadapi hustle culture berikutnya adalah dengan memahami kebutuhan kamu. Langkah ini masih bersambung dengan sebelumnya. Kalo kamu bisa paham apa yang benar-benar kamu butuh, kamu ga bakal merasa burnout.
Misalkan, kamu punya target buat menyelesaikan tugas kuliah malam ini. Tapi, tiba-tiba teman kamu update status lagi mengerjakan tugas dari freelance dia. Kamu yang juga punya usaha freelance ga bakal takut kena imbas “ikut-ikutan,” atau FOMO. Karena kamu paham betul apa yang kamu butuh atau goal kamu sudah jelas.
Buat memastikan semua goal dan kebutuhan kamu tercapai, kamu juga bisa pakai smart goals loh.
3. Istirahat
Cara menghadapi hustle culture dan burnout yang paling ampuh adalah istirahat. Mengerjar kesuksesan terus menerus tanpa membarikan jeda buat diri kamu istirahat juga bahaya.
Memang, mungkin ada ungkapan “malas tertindas, lambat tertinggal, berhenti mati.” Kamu harus bisa membedakan antara malas, dan istirahat yaa.
Istirahat sejenak bukan berarti kamu malas. Coba bayangkan, apa yang akan terjadi kalau kamu ga istirahat, dan malah berakhir sakit?
Conclusion
Hustle buat mencapai goal kamu emang diperbolehkan, tapi kalau sudah kena “trigger” karena ada orang yang usaha lebih, maka hustle kamu perlu dipertanyakan.
Salah satu cara menghadapi hustle culture adalah dengan mengatur SMART goal. Kamu bisa memprojeksikan gimana kamu bakal mencapai goal kamu dipekerjaan, dan kira-kira kapan kamu bisa mencapainya. Dengan cara ini, kamu ga perlu takut buat ikut-ikutan atau termakan orang lain yang toxic productivity.