Efikasi diri dari orang yang memasuki kepala 20 sering dipertanyakan. Apalagi buat kamu yang mengalami yang disebut dengan quarter-life crysis. Hal yang absurd kayak prestasi mulai dipertanyakan.
Pertanyaan-pertanyaan kayak “duh gue mau jadi apa ya nanti?” sampe “ihh dia kok umur 20 udah sukses ya?” juga sering menghampiri.
Table of Content
Definisi Efikasi Diri

Efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam menghasilkan kinerja berdasarkan hal yang terjadi dalam diri mereka. Self-efficacy memengaruhi apa yang orang rasakan, pikirkan, dan memotivasi bagaimana ia bertindak.
Kalau kamu merasakan self-efficacy yang kuat, hal ini bakal menambah prestasi dan berpengaruh ke personal well-being kamu. Orang yang yakin sama kemampuannya bakal terus menerima tantangan supaya makin jago, dibanding menghindari tantangan.
Jika kamu merasakan efikasi diri yang kuat, kamu bakal menumbuhkan minat dan merasa asyik kalau melakukan kegiatan, yang menghasilkan rasa percaya diri. Orang-orang yang kayak gini bakal menetapkan goal yang menantang, dan mempertahankan komitmen buat menyelesaikan goal tadi.
Selain punya goal yang menantang, mereka juga meningkatkan upaya mereka buat menghadapi kegagalan. Mereka bisa cepat pulih dari kegagalan. Kalau mereka gagal, mereka lihat kegagalan itu sebagai cara buat belajar lebih banyak. Mereka sadar kalau mereka kurang ilmu.
Mereka menghadapi situasi yang menantang dengan keyakinan kalau mereka selalu bisa berlatih dan mengontrol situasi itu.
Pandangan kayak gini menghasilkan pencapaian yang tinggi, mengurangi stress dan kemungkinan depresi. Sebaliknya, orang yang meragukan kemampuan mereka bakal lari dari tugas sulit yang mereka anggap sebagai ancaman.
Waktu dikasih tugas sulit, mereka bakal beralasan, dibanding berkonsentrasi bagaimana mereka berusaha dan berhasil. Soalnya, menurut mereka kinerja yang buruk berarti ga berbakat.
Ga perlu banyak kegagalan buat mereka merasa kehilangan kemampuan dan percaya diri. Pada akhirnya mereka mudah merasa stress dan berujung depresi.
Bagaimana efikasi diri muncul?

Menurut Bandura, ada empat cara buat meningkatkan self-efficacy. Mulai penguasaan dan pengalaman, cerita pengalaman orang lain, perusuasi sosial, dan mengurangi stress.
1. Mastery and experience
Cara paling efektif buat mengingkatkan self-efficacy adalah lewat penguasaan dan pengalaman. Prestasi bisa membangun keyakinan yang kuta buat kamu dalam membentuk self-efficacy.
Sementara kegagalan merusak keyakinan itu, apalagi kalau kamu gagal sebelum efikasi diri terbentuk. Kalau kamu bisa sukses dengan cara mudah, kamu bisa-bisa mengharapkan hasil yang cepat, dan dengan mudah patah semangat kalau gagal.
Makanya, kegagalan dan kesusahan juga punya sisi positif buat mengajarkan kamu bahwa berhasil itu butuh usaha yang berkelanjutan.
Akhirnya, waktu kamu sadar sama hal diatas, kamu jadi ga gampang menyerah kalau menghadapi kegagalan, kamu juga bakal cepat bangkit.
2. Experiences provided by others
Cara berikutnya adalah melihat pengalaman yang diberikan orang lain.
Melihat orang yang mirip dengan kamu sukses dengan usaha bakal meningkatkan keyakinan kalau kamu juga bisa.
Selain itu, mengamati orang lain gagal walaupun sudah usaha keras juga bakal membuat kamu ragu sama efikasi dirimu.
Kesamaan kamu dengan model yang kamu jadikan panutan disini sangat penting.
Semakin kalian mirip, maka semakin kuat pengaruh model panutan kamu, ntah mereka berhasil atau gagal.
Dari perilaku dan pola pikir model panutan kamu inilah kamu bisa mendapat pengetahuan dan skill buat meningkatkan self-efficacy.
3. Social persuasion
Social persuasion jadi cara ketiga buat membangun self-effiacy.
Orang yang dibujuk secara verbal kalau mereka punya kemungkinan buat berhasil pada akhirnya orang ini bakal usaha lebih keras.
Hal ini juga membuat mereka lebih ga gampang menyerah kalau gagal dibanding jika mereka harus terus menerus merasa ragu dengan dirinya.
Dorongan dari orang lain juga membuat orang yang menerimanya berusaha keras, dan menghasilkan kemajuan buat diri penerima.
Disinlah kenapa kamu harus mulai meyakinkan orang-orang disekitar kamu yang ragu sama dirinya sendiri.
4. Reduce stress and negative emotion
Sumber terakhir dari efikasi diri adalah dengan mengurangi stress dan pikiran negatif.
Mengurangi disini ga berarti kamu harus mengabaikan emosi negatif yang kamu rasakan yaa, tapi lebih ke bagaimana kamu menafsirkannya.
Punya emosi negatif sebagai manusia memang wajar, tapi bagaimana kamu mengelolanya adalah hal yang penting.
Contoh dan cerita efikasi diri

Kali ini ada cerita dari seorang lulusan Massachusetts Institute of Technology, (MIT) Cody Coleman yang lulus dengan IPK sempurna.
Dulunya, Coleman adalah anak yang sering dipandang sebelah mata.
Coleman sering masuk kelas tambahan, dia bukan anak yang cerdas atau atletik.
Suatu hari, Coleman ngobrol sama kakaknya. Kakaknya bertanya dimana dia mau melanjutkan kuliahnya.
Lalu Coleman menjawab “Aku ga tau, pasti tempat yang bagus ga mau nerima aku.”
“Kau berprestasi lumayan bagus disekolah, kalo kamu belajar lebih keras, push yourself, kamu pasti akan ada dilevel yang lebih tinggi.” Kata kakaknya
Seketika, di pikirannya, cara pandangnya berubah dari “kenapa repot-repot (mencoba)” jadi “kenapa tidak?”
Oke, bisa jadi dia ga bakal masuk diperguruan tinggi bagus, tapi kalo dia mencoba, pasti ada kesempatan.
Dibanding kalo dia ga coba, pasti ga bakal ada kesempatan sama sekali
Setahun kemudian Coleman bekerja keras meningkatkan prestasinya, dia mulai mencari perguruan tinggi terbaik untuk ilmu komputer.
Hingga akhirnya Coleman melanjutkan studinya di MIT dan lulus dengan nilai sempurna.
Setelah lulus dia melanjutkan pendidikan master dibidang teknik elektro dan ilmu komputer.
Coleman juga dapat tawaran dari perekrut Silicon Valley.
Pada suatu sesi wawancara, Coleman bilang buat kamu yang berjuang dengan kondisi serupa.
“Tetaplah positif, abaikan keyakinan negatif mengenai apa yang mungkin dan tidak mungkin, kemudian cobalah. “
Cerita Coleman yang happy ending adalah salah satu dari efikasi diri yang disebabkan oleh social persuation.
Kakak Coleman percaya kalau dia bakal berhasil, hal ini yang membuat dia pada akhirnya percaya sama kemampuannya.
Positive message and success

Dua orang psikolog, David Yeager dan Geoff Cohen mengadakan penelitian terhadap beberapa siswa disebuah sekolah.
Mereka meminta kepada siswa-siswa tersebut buat membuat essay.
Kemudian mereka meminta para guru buat memeriksa dan memberikan feedback pada essay murid mereka.
“Kurang jelas, ” “berikan contoh, ” dan “kalimatnya salah.” adalah komen para guru.
Kemudian David dan Geoff memberi sticky notes pada setiap essay yang sudah diperiksa.
Mereka menuliskan dua macam komentar diatas sticky notes.
Komentar yang pertama adalah “aku (guru) memberi komentar ini supaya kamu mendapat feedback dari essay kamu, “
Sementara yang kedua “aku memberikan komentar ini karena aku percaya kamu dapat membuat essay yang lebih baik, aku punya ekspektasi tinggi kepadamu. “
Komentar yang pertama menunjukkan kalau itu hanya sebatas komentar tapi, yang kedua memberikan harapan bagi para murid untuk melakukan lebih baik.
Hasil dari penelitian ini? 87% siswa yang mendapat komentar kedua membuat ulang essay baru dan lebih baik.
Dibanding hanya 62% dari siswa yang mendapat komentar kedua yang membuat essay baru.
Penelitian David dan Geoff memperjelas gimana pesan kecil yang memotivasi dapat mempengarui orang lain.
Hal ini juga termasuk cara meningkatkan efikasi diri melalui social persuasion.
Baca juga: Kumpulan Quote Novel The Alchemist yang Inspiratif
Conclusion
Efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam menghasilkan kinerja berdasarkan hal yang terjadi dalam diri mereka.
Kalau kamu merasakan self-efficacy yang kuat, hal ini bakal menambah pencapaian dan berpengaruh ke personal well-being kamu.
Orang yang yakin sama kemampuannya bakal terus menerima tantangan supaya makin jago, dibanding menghindari tantangan.
Ada empat cara buat meningkatkan self-efficacy.
Dimulai dari penguasaan dan pengalaman, cerita pengalaman orang lain, perusuasi sosial, dan mengurangi stress.
References
Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. (Reprinted in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic Press, 1998).
Duckworth, A. (2016), Grit: The Power of Passion and Perseverance. London: Ebury Publishing